Saya banyak bertemu dengan orang-orang yang baru mendirikan startup sudah mikir cari investor agar berkembang. Semasa kuliah, saya banyak aktif di berbagai kegiatan dan kompetisi, dan menjumpai sangat banyak sekali yang memulai bisnis hanya karena jago teknis, tapi nggak paham bisnis, nggak paham kebutuhan pasar. Uniqueness itu bukan jaminan. “Belum ada di Indonesia”, peluangnya ada dua : memang belum ada; atau memang tidak dibutuhkan, makanya tidak ada.
Tidak sedikit dari adik kelas saya datang ke saya dan berkata : “Mas, saya bisa bikin ini”, “Mas, saya bisa bikin itu”, dan saya jawab : “Ya terus ngapain? Pasar butuh itu nggak? Dunia butuh itu nggak?”. Bisnis itu pada dasarnya hanya melakukan dua hal : memenuhi kebutuhan, dan menyelesaikan masalah. Mulainya dari dua hal itu dulu, kebutuhannya ada apa enggak? Masalahnya ada apa enggak? Itu dulu temukan, baru cari solusinya. Ini namanya product market fit.
Ini pelajaran yang saya dapat dari guru saya, coach Ridwan Abadi, founder komunitas SBC. Secara umum bisnis itu tingkatannya ada 5, tidak bisa dilompati, tapi bisa dipercepat. Yang perlu dipahami adalah, beda tingkatan, beda cara, beda goal. Banyak orang gagal dalam bisnis hanya karena belum paham bisnisnya berada pada tingkatan apa, sehingga melakukan cara yang tidak seharusnya dilakukan pada tingkatan tersebut. Akhirnya ya zonk, udah keluar duit, keluar waktu, keluar tenaga, hasilnya nggak ada. Yang kayak gini banyak? Wah sangat banyak sekali!
Baru mulai bisnis, produk belum tentu diterima pasar, sudah mikir strategi buka cabang. Ya bisa mati! Baru mulai itu berada di level “Start Up”, buka cabang itu berada di level “Establish”. Beda level, goalnya saja sudah beda, otomatis caranya juga beda. Bisa juga sih langsung lompat, tapi resiko jatuhnya juga sangat besar. Ibarat bayi baru belajar merangkak, sudah disuruh ikut lomba lari halang rintang, ya patah kakinya. Secara umum begini tahapan business maturity :
Fokusnya di level start up ini adalah product market fit, produknya fit (diterima) oleh pasar, tanpa harus promosi sekalipun. Jadi disini fokusnya adalah validasi. Karena fokusnya validasi, ya yang dilakukan adalah sesuatu untuk memvalidasi apakah produk kita diterima oleh pasar atau tidak. Bagaimana caranya? Bisa bikin kuesioner, testimonial, tester, dan lain sebagainya.
Banyak yang di level start up terjebak bukan di product market fit, tapi promo market fit. Baru launching, validasi belum maksimal, sudah digenjot pakai iklan, pakai promo macam-macam. Hasilnya apa? Hasilnya produk tersebut hanya fit di promo, bukan di pasar. Artinya apa? Artinya orang beli hanya karena ada promo, bukan karena mereka butuh.
Promo atau iklan itu strategi di level running, level berikutnya, bukan di start up. Kalau kayak gini terus, jadinya malah cuma bakar duit aja. Begitu duitnya habis, bisnisnya mati. Ciri bisnis sudah lolos di level ini adalah : produk bisa diterima oleh pasar.
BACA JUGA “Apa bedanya perusahaan startup dengan perusahaan biasa ?“.
Fokusnya di level ini adalah menaikkan omset. Ingat ya, omset, bukan profit, bedakan antara omset dengan profit. Karena fokusnya menaikkan omset, maka tindakan utama yang harus dimaksimalkan adalah marketing. Fokusnya adalah bagaimana penjualan tinggi, omset tinggi, terlepas dari ada labanya apa enggak.
Disini sudah nggak mikir lagi produk Anda diterima pasar atau tidak, karena itu level sebelumnya. Sekarang fokusnya adalah bagaimana produk Anda bisa terjual sebanyak mungkin, secepat mungkin, sehingga menghasilkan uang sebanyak mungkin. Disini Anda mulai bisa bermain dengan konsep funneling dan flywheel marketing. Apa itu funneling atau flywheel? Panjang penjelasannya, InsyaAllah saya bahas di tulisan selanjutnya.
Di tahap ini baru Anda boleh mencari investor, karena bisnisnya sudah valid, sudah bisa menghasilkan, walaupun sekarang belum ada atau belum banyak profitnya. Ingat, dulu di awal perusahaan seperti : gojek, tokopedia, bukalapak, dll, itu omsetnya luar biasa, walaupun nggak banyak profitnya juga, malah bisa rugi. Anda bisa cek laporan keuangannya. Ciri bisnis sudah lolos di level ini adalah : omsetnya bisa diprediksi. Jadi bisa diprediksi bulan depan dapat berapa, tahun depan berapa, dan seterusnya.
Disini karena bisnis sudah valid, sudah menghasilkan, baru fokus berikutnya adalah merapikan. Dengan cara apa? Kalau bisnis sudah jalan, penjualan tinggi, masa Anda mau jadi superman? Ya nggak mungkin dong, maka disini Anda sudah butuh namanya organisasi. Namanya organisasi berarti lebih dari satu orang, yang masing-masing bergerak sesuai bidang keahliannya. Bangun superteam!
Ketika organisasi sudah ada, lalu apa? Anda bangun sistem kontrol yang bagus. Konsepnya : semua yang bisa diukur, pasti bisa diatur. Lha gimana mau diatur kalau diukur aja nggak bisa. Sistem kontrol ini tujuannya adalah untuk mengukur dari berapa menuju berapa, sehingga harus melakukan apa. Misal dari existing 10 client, menuju target 100 client di bulan depan, maka butuh 90 client. Dari sini ketemu lag measure dan lead measure, yang kemudian akan turun menjadi yang namanya action plan. Nah inilah yang harus dikontrol, dan itu perlu sistem, bukan pakai asumsi, bukan pakai kira-kira.
Oke organisasi sudah ada, sistem sudah ada, lalu berikutnya apa? Tentu butuh yang namanya manajemen. Ada staff, supervisor, manajer, baru direksi. Kalau perusahaan ramping mungkin nggak harus semua lengkap, tapi secara umum begitulah urutan dalam manajemen. Konsepnya adalah : masalah akan mengikuti orang yang bisa menyelesaikan. Lha kalau yang bisa menyelesaikan hanya Anda sendiri, dan tim Anda cupu semua, ya balik lagi semua masalah bakal Anda lagi yang selesaikan, tim Anda cuma penyambung lidah saja terhadap komplainan customer. Untuk itu diperlukan manajemen, siapa bertanggung jawab terhadap apa, siapa bertanggung jawab terhadap siapa.
Ciri bisnis sudah lolos di level ini adalah : profitnya bisa diprediksi. Jadi bisa diprediksi bulan depan untung berapa, tahun depan berapa, dan seterusnya. Disini sudah bicara profit, bukan omset. Bicara profit berarti sudah ada yang namanya cost effectiveness analysis. Naikin profit itu bisa dua cara : naikin penjualan; atau nurunin biaya produksi atau operasional.
Nah disini sudah nggak mikir manajemen lagi, karena semua sudah rapi dari level sebelumnya, fokusnya ganti lagi, jadi ekspansi atau buka cabang. Di level ini nggak masalah pakai investor lagi, pendanaan lagi, karena bisnisnya sudah jelas prospeknya, sudah terbukti, bukan masih abu-abu.
Banyak bisnis gagal karena mereka lompat, baru dapat omset banyak (level running), manajemen belum rapi, sistem belum rapi, organisasi belum rapi, eh langsung lompat kesini, langsung buka cabang. Begitu buka cabang ternyata manajemennya berantakan, nggak terkontrol, penjualan dan profit nggak bisa diaudit. Ya ini sih mempercepat kematian, makin cepet gede makin cepet mati. Biasanya sekalinya jatuh, jatuhnya lebih kerasa, ya karena ada tahapan yang dilompatin tadi.
Di tahapan ini Anda bisa melakukan yang namanya konsep merger & acquisition. Entah itu Anda ekspansi dengan cara kolaborasi, akuisisi market kompetitor, atau bahkan lebih gila lagi, akuisisi kompetitor, seperti yang dilakukan traveloka, gojek, djarum, dan sebagainya. Di tahap ini sudah sudut pandangnya nggak sama lagi dengan level-level sebelumnya, sudah nggak main B2C, tapi B2B.
Ciri bisnis sudah lolos di level ini adalah : pertumbuhannya bisa diprediksi. Jadi bisa diprediksi bulan depan berkembang berapa persen, buka cabang berapa, kerjasama dengan siapa, dan sebagainya.
Nah di level ini Anda sudah bebas mau ngapain aja, biasanya arahnya sudah ke IPO. Sudah hal umum bahwa dalam bisnis, terutama bisnis keluarga : generasi satu yang membangun; generasi dua yang membesarkan; generasi tiga yang menghancurkan. Kenapa kok menghancurkan? Karena dibuat rebutan sama cucu-cucunya. Gimana biar nggak hancur? IPO-kan, lepas sahamnya 50% ke publik, biar bisa dikelola dan dikontrol dengan baik oleh pihak-pihak yang lebih profesional.
Ciri bisnis sudah lolos di level ini adalah sudah autopilot. Bisnisnya jalan, ownernya jalan-jalan. Ini bukan yang kayak gini ya :
Yang diatas itu juga bisnisnya jalan dan ownernya jalan-jalan, tapi bukan gitu yang dimaksud.
Banyak dari generasi sekarang yang bukan hanya jadi generasi micin, tapi juga generasi instan. Pengennya cepet tapi caranya salah. Pengen cepet kaya tapi ilmunya nggak punya. Seperti statement guru saya : banyak bisnis gagal hanya karena salah memilih ownernya. Lha kok salah pilih owner? Ya soalnya bisa jadi bisnis yang sama tapi kalau bukan dia yang pegang, bisnisnya malah bisa berkembang pesat. Kesalahan terbesar pengusaha pemula adalah merasa ilmunya sudah cukup. Ketika merasa sudah cukup, disitulah proses pembelajaran terhenti, dan disitulah awal dari kehancuran. Artinya apa? Teruslah belajar!
Dokumentasi pribadi ketika saya mengisi kelas Business Roadmap Model
Guru-guru saya pun walaupun levelnya sudah pro, tetap masih terus belajar, dan terus mengajar. Tidak pernah saya melihat guru-guru saya merasa ilmunya sudah cukup, atau merasa dirinya paling pintar. Jadilah pembelajar sejati : setiap tempat adalah sekolah, setiap orang adalah guru, setiap buku adalah ilmu
Sekian tulisan saya, semoga bisa menjawab pertanyaan, mohon maaf apabila jawabannya melebar, mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan maupun penyampaian. Saya masih fakir ilmu yang perlu banyak belajar. Semoga sukses selalu untuk kita semua!
Baharudin Yusuf
CEO Erahajj (2017 – sekarang)
Mas Yusuf adalah CEO dari suatu startup digital yang sedang berkembang, yaitu Erahajj[1], perusahaan yang bergerak di bidang penyedia sistem Enterprise Resource Planning (ERP) untuk perusahaan travel, khususnya travel umrah dan haji.
Dengan latar belakang sebagai programmer, dan berbekal pengalaman belasan kali menjuarai kompetisi software development semasa SMA dan kuliahnya, mas Yusuf tidak berhenti untuk berinovasi mengembangkan solusi digitalisasi bisnis yang lebih efektif dan efisien.
Akan Banyak bekal ilmu yang bisa kalian pelajari dengan mengikuti beberapa jawabannya di Quora. Barang kali ada kalian yang mau minta saran terutama para calon startup founder.
Website Perusahaan : https://erahajj.co.id/
LinkedIn : https://www.linkedin.com/in/byusuf/
Quora : https://id.quora.com/profile/Baharudin-Yusuf
Bila anda para founders yang ingin membuat startup tapi bingung mulai dari mana, silahkan hubungi kami melalui whatsapp untuk berkonsultasi secara gratis!
Follow IG Ordo Disini
Kami adalah software agency yang sudah membantu 126+ perusahaan dengan pengalaman lebih dari 5 tahun, kami menulis blog ini untuk membantu kalian para pemilik bisnis yang tertarik dengan digitalisasi
Kami menawarkan konsultasi gratis selama 3 jam, yang dilakukan oleh para ahli IT. Analis kami siap 24/7 untuk membantu Anda mengorganisir ide-ide Anda
Saat ini, digitalisasi tentunya bukanlah sebuah istilah yang jarang kita dengar bukan? Digitalisasi mentransformasikan proses bisnis konvensional menjadi sistem yang lebih modern dan terintegrasi. Dengan bantuan teknologi, berbagai aspek bisnis menjadi otomatis dan lebih efisien. Di tengah era digitalisasi, memastikan proses bisnis di perusahaan Anda berjalan cepat dan efektif sangatlah penting. Ini sangatlah krusial karena […]
Ketika Anda ingin melakukan digitalisasi pada bisnis Anda, pastinya Anda harus menyiapkan strategi untuk mencapai tujuan digitalisasi yang Anda inginkan. Biasanya ditahap penyusunan strategi ini, akan muncul berbagai pertimbangan pada strategi digitalisasi bisnis Anda. Salah-satu hal yang sering menjadi pertanyaan adalah apakah saya harus merekrut tim IT atau bekerjasama dengan vendor? Untuk membantu Anda menjawab […]
PAHAMI DULU TAHAPAN BUSINESS MATURITY Saya banyak bertemu dengan orang-orang yang baru mendirikan startup sudah mikir cari investor agar berkembang. Semasa kuliah, saya banyak aktif di berbagai kegiatan dan kompetisi, dan menjumpai sangat banyak sekali yang memulai bisnis hanya karena jago teknis, tapi nggak paham bisnis, nggak paham kebutuhan pasar. Uniqueness itu bukan jaminan. “Belum ada […]
Apa bedanya perusahaan startup dengan perusahaan biasa ? Perusahaan startup adalah kata yang sering dianggap orang dengan perusahaan yang valuasinya sangat besar. Banyak orang juga berasumsi mengenai startup ini ada hubungannya dengan aplikasi. Faktanya semua perusahaan di awal itu disebut sebagai startup. Jadi bisnis biasa yang baru mulai walau itu jual kue pun bisa dianggap […]